Wednesday, August 23, 2006

Kalo Anak 80-an Ngumpul

Pada suatu ketika di hari minggu yang cerah rada-rada mendung, saat masih terasa keriuhan perayaan ulang tahun kemerdekaan di seluruh penjuru Jakarta, di sebuah titik kecil di bagian selatan Jakarta terjadilah sebuah keriuhan lain. Sebuah peristiwa bersejarah yang akan dikenang, diagung-agungkan, dan bahkan dicatat dengan tinta emas di seantero alam semesta... errr.. ya.. paling nggak di blog ini lah... :P


Dalam rangka mensukseskan Program Pelestarian Budaya 80-an marilah kita... MAKAN-MAKAN!! ;P

Segerombolan orang dengan mengenakan kaos norak-najong-nista berwarna oranye yang gonjrang gonjreng senada dengan leot blog ini, berkumpul di satu tempat dengan kesamaain niat dan tujuan yang luhur. MAKAN-MAKAN!!... eh?.... hehehe... iya juga sih, tapi disamping itu masih ada tujuan berikutnya yang memang sangat mulia dan bermanfaat bagi kelangsungan dan kelestarian suatu budaya yang tinggal kenangan... budaya dari dekade 80-an ;)

Lalu apakah yang terjadi jika mereka ini berkumpul?


Biarpun berkostum norak 80-an yang penting MAKAN-MAKAN!!.. *nggak pada inget bentuk perut apa ya?* :D

Ditinjau dari umur... - ugh, sensitip banget neh ;) - sebenernya mereka ini sudah seharusnya masuk dalam kategori kaum dewasa yang selayaknya telah bertransformasi menjadi orang-orang yang lebih bijaksana, tahu diri, ber'manner', dan lebih dewasa menghadapi segala sesuatu. Bukan begitu bukan?

Apalagi kalau ditinjau dari segi fisik.... hihihi.. nggak jadi deh, yang ini jauh lebih sensitip :P Mestinya sih udah pada nyadar ya :D


Mereka yang gagal dalam pemilihan Cover Girl dan Cover Boy, akhirnya harus rela jadi Sales Teh Botol =))

Tapi semua segi itu terlupakan begitu saja, saat mereka berkumpul bersama-sama mengenang de'gut old deis. Tidak ada lagi 'manner' dan kedewasaan, karena mereka melebur dalam masa lalu seolah waktu telah berputar kembali ke jaman 80-an. Dengan ke-pede-an yang tinggi karena berada dalam gerombolan seide mereka kembali menjelma menjadi remaja di jaman 80-an yang bebas melakukan apa saja tanpa pikir panjang :D


Nggak peduli ini udah tahun 2006, yang penting HIDUP 80-AN!

Dan beginilah jadinya jika para kawula muda 80-an tersesat di masa yang salah :D ...Norak Cing!

Terserah apalah kata orang lewat yang terheran-heran melihat kegilaan itu, yang penting: Menyenangkan sekaleee!! bisa menyalurkan kembali hasrat nista yang sekian lama dipendam sendirian :D

Kumpul-kumpul ini ditutup dengan pidato singkat penuh semangat:
"Gue suka ama loe loe pade!!... Loe semua.. orangnya asik meeeeeen!!"
*dengan gaya setengah mabok setelah menghabiskan bergelas-gelas.... green tea :D*


Semoga mereka segera kembali ke jalan yang benar ;)

Biar memble, asal kece... tentunya ;)


Boeat yang pengen ikutan bernajong-ria dengan komunitas 80-an, silakan gabung dengan milis 80an disini.
Resiko kegilaan permanen silakan ditanggung sendiri yah :P
 

Sunday, August 13, 2006

17-an di 80-an

tujuhbelasanTujuhbelasan, adalah masa-masa dimana orang-orang bersemangat dan berkeringat. Itulah saat dimana, bendera merah putih di ambil dari lemari dan di pasang di depan rumah, gapura dibangun, jalanan dan lingkungan dirapihkan, sisi-sisi got di di cat dan diberi kapur, bendera-bendera kecil dibentangkan mengelilingi kampung, dan orang-orang kembali berlatih olahraga agar siap bertanding dengan RT lain.

Ada beberapa hal yang aku ingat saat masa itu di tahun 80an. Biasanya, di RT, yang sering dilakukan adalah dengan Kerja Bakti. kerja bakti yang biasanya diadakah seminggu sekali, suka ditambah pas hari Jumaat. Ada orang kelurahan yang datang dan menyiapkan truk sampah. Nah, pas hari Minggu, semua warga wajib datang, berkumpul di lapangan, atau langsung membersih kan kali di dekat rumah. Di dekat rumah ku itu ada kali yang sering banget kotor. Nah, kita akan mengangkut sampah yang ada disana.

Bapak-bapak dan remaja putra, wajib datang. Kalau nga, nanti Pak RT yang akan datang treak-treak di depan rumah sambil bawa ember. Huhuhu, pas Minggu pagi aku kan lagi nonton Unyil (jam 9.00), masa udah disuruh bantuin buat ke kali bersihin sampah. Nah, bagi Ibu-ibu remaja putri, biasanya diminta untuk siapin makanan atau teh manis bagi yang selesai kerja bakti.

Kerja bakti, biasanya selesai pas jam 1 atau jam 2-an di Minggu yang terik. Ini bersamaan dengan film malaikat, begitu biasa aku sebut (Highway to Heaven) atau film drama Brazil lainnya. Tapi, warga nga boleh pulang. Biasanya abis gitu, disuruh bantuin untuk persiapan bikin gapura. Gapura, yang biasanya udah dirapatkan sebelumnya akan dibentuk di depan gang kita. Bahananya, bisa macam-macam. Papan triplek bekas pembatas kontrakan. Atau batang bambu yang disusun diiket pake sabut. Kayu kaso yang dipakein tali, terus ditaroin taneman. Macem-macem deh. Ada juga yang pake batako/batu bata yang disemen. Ini mah niat banget. Biasanya ini dilakukan kalau ada lomba menghias gapura. Toko-toko material akan menjadi korban todongan orang-orang pada masa ini. Alesannya, buat mengisi kemerdekaan. :)

Bentuk Gapura dan gambarnya yang aku inget di jaman itu biasanya adalah:

1. Gambar pejuang yang lagi tereak mulutnya terbuka, sambil bawa bambu runcing. Badannya nga pake baju dan suka dikasih baret-baret kayak bekas luka. Terus, nga lupa pake iket kepala. Lho, kok kayak rambo ya? nga tau tuh, mungkin terinspirasi kale. :) Secara rambo jaman itu masih ngetop banget. Yang herannya, mukenye juga dimirip-miripin sama Sly. Jangan kelewat, pakaiannya harus compang camping.

2. Disamping gambar pejuang itu, biasanya ada gambar perawat yang pake topi suster. :) Tidak lupa, digambarkan dengan membawa tasnya. Nah, seringkali yang gambar itu nggak terlalu jago, jadinya gambar perawat itu jadi kayak laki juga. Huhuhu, apa nggak serem ya, pas lagi sakit abis kena pluru, eh ditolong sama suster yang kayak cowok. :)

3. Gambar prajurit ABRI. Atau tentara, atau polisi, atau pilot, atau sarjana, atau insinyur. Pokoknya gambar pekerjaan-pekerjaan deh. Nah, biasanya ini dilukis di sisi yang berbeda dengan gambar zaman perjuangan. kalau pejuang di kanan, profesi di kiri, biar seimbang. Ceritanya, supaya ada contoh keberhasilan perjuangan 45. Tidak lupa juga, di background ada gambar pesawat tempur, traktor, tiang pancang bangunan, dan gambar pabrik.

4. Gambar pahlawan. Nah, ini seringkali jadi bahan celaan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, butuh keahlian dan kecermatan sang pelukis untuk bisa membuat gambar pahlawan mirip dengan aselinya. Sebab, kalau nga, bisa diledekin sama tetangga. Sering terdengar ucapan:, "ah..masa Diponegoro jidatnya jenong". "Huhuhu, masa Panglima Soedirman mukenye gitu, idungnya pesek". Atau, "Nga mirip, Pattimura kok bibirnya memble." Hehehe.. untungnya nggak dikasih ballon dialog, "Biar memble asal kece"

5. Pigura/frame berisi gambar pahlawan. Daripada ngeributin gambar yang nggak mirip, bibir yang jeding atau kuping yang caplang, biasanya suka diambil alternatif untuk hanya memasang foto sang pahlawan dalam pigura. Foto bisa di dapat di Lapangan Urip Jatinegara, atau di toko prapatan, Mesteer Cornelis. Harganya 100 rupiah sahaja.

6. Bendera panjang, dengan slogan. Ini juga trik buat RT yang nggak punya orang jago gambar. Cukup lukiskan bendera merah putih, dengan tempelan burung garuda di tengah. Biasanya, dibawah garuda itu akan di tulis "HUT Kemerdekaan RI ke XXX (lho..emang BF..hehehe). Atau: "Dirgayahu RI Ke.. XX (Softcore...hehehe). Tidak lupa, ada semboyannya juga, biasanya akan diawali dengan: "Dengan Semangat...." atau "Kita Songsong...", plus jargon-jargon Repelita, Pembangunan, Tinggal Landas, Hankamnas, Wawasan Nasional, bla-bla.

6. Foto Pak Harto dan ibu Tien. Aku nggak terlalu paham apa maksudnya ini? Supaya menang lomba gapura? Bisa jadi. Tapi sekali lagi ini dibutuhkan orang yang bisa melukis beneran.

Ada beberapa yang lain, tapi aku lupa. Tapi kira-kira begitu deh, Selain itu, biasanya akan ditambahkan dengan pot-pot bunga dari tetangga yang dipinjem selama bulan Agustus. Tidak lupa, orang yang paling dekat dengan gapura itu, akan punya kewajiban buat nyiremin taneman setiap pagi dan sore. Biar keliatan fresh gitu lho.

Selain itu, setiap RT juga wajib memejeng bendera merah putih kecil-kecil. Kalau dulu, benderanya satu doss itu 100 biji, harganya 250 perak. Bahannya kertas, belum banyak yang pake plastik. Ada dua versi, yang satu versi pabrik Leces, satu lagi...eerr..lupa. Pokoknya, kalau yang Leces lebih putih, sedangkan yang lain, agak item. Dulu, kertasnya masih tebal, gramaturnya bisa sampe 100 gr, terus turun jadi 80, sampe skr jadi 60 gram.

Bendera kertas itu, akan dipasang dengan cara di lem, pake lem sagu, dan dipancangkan dengan benang kasur. Ditempelin satu persatu gitu deh. Biasanya dipasang pas tanggal 10 Agustus ke atas, supaya nggak diambilin sama anak-anak. Waktu jaman interkom, bendera ini dipasang barengan dengan kabel interkom.

Ah, indahnya melihat bendera itu terpasang mengelilingi rumah dan kampung. Keinginan buat merobek harus ditahan sampe tanggal 17, sesudah itu, baru boleh deh diapain aja. Hehehe, sempat juga ada yang bikin jadi maenan kapal-kapalan atau pesawat terbang. Padahal kan nggak boleh ya?

Nah, demikian kira-kira pengalaman menjelang Tujuhbelasan di rumahku. Nanti, di bagian kedua, akan ada cerita tentang perlombaan-perlombaan yang diadain masa itu. Biasa nya kan, ada lomba gaple, catur, bulutangkis, tenis meja, maraton, dll. Sedangkan di bagian ketiga, Kak Toni akan menulis tentang pawai dan panggung Tujuhbelasan.

Merdeka!!!

Pendongeng: Kak Toni